MAKALAH
SEJARAH
MUNCULNYA ALIRAN SYI’AH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam (Tauhid)
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan
Dosen pengampu : Ahmad Fauzan S.HI, M.SI
Oleh
:
1. Ali
Imron (2021114144)
2. Fatchurahman
Ali (2021114145)
3. Tutik
Saniyah (2021114146)
4. Selfi
Shochifatul Islah (2021114147)
Kelas
: PAI C
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
yang telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah materi mata kuliah Ilmu Tauhid kami yang berjudul “Sejarah
Munculnya Aliran Syi’ah”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
Rasulullah Muhammad saw., beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat.
Makalah ini menjelaskan
tentang pengertian aliran Syi’ah, sejarah munculnya aliran Syi’ah, perkembangan
aliran Syi’ah, dan sekte-sekte dalam aliran Syi’ah. Dengan demikian materi
makalah ini diharapkan dapat membantu proses belajar mahasiswa.
Teriring ucapan terima
kasih kepada Bapak Ahmad Fauzan selaku pembimbing kami dalam pembelajaran mata
kuliah Ilmu Tauhid, juga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta
motivasi kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan dan peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari
pembaca adalah sangat berharga bagi kami.
Demikian
makalah ini kami susun, semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan
bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan
makalah dengan tema yang senada diwaktu yang akan datang. Aamiin yaa robbal
‘alamin.
Pekalongan,
03 september 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul ................................................................................................. i
Kata
Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar
Isi ......................................................................................................... iii
Bab
I Pendahuluan .......................................................................................... 1
A. Latar
Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................ 1
C. Metode
Pemecahan Masalah ............................................................... 1
D. Sistematika
Penulisan Makalah ........................................................... 2
Bab
II Pembahasan .......................................................................................... 3
A. Pengertian
dan Asal-usul kemunculan Syi’ah ..................................... 3
B. Syi’ah
Itsna Asyariyah ........................................................................ 5
C. Syiah
Sab’iyah ..................................................................................... 6
D. Syi’ah
Zaidiyah ................................................................................... 7
E. Syi’ah
Ghulat ....................................................................................... 8
F. Syi’ah
Isma’iliyah ................................................................................ 9
Bab
III Penutup ............................................................................................... 11
Kesimpulan
.......................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................................... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Ilmu Kalam / Tauhid merupakan mata kuliah keilmuan
dan ketrampilan program studi (MKK). Keberadaan mata kuliah ini dimaksudkan untuk
memberi wawasan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang Ilmu Kalam. Melalui mata
kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami konsep pemikiran
Ilmu Kalam dari berbagai aliran atau sekte.
Tujuan mata kuliah ini untuk mengenalkan dan memahamkan
mahasiswa tentang ilmu kalam yang telah memunculkan banyak aliran dalam agama.
salah satu aliran-aliran itu adalah aliran
Syi’ah. Syi’ah dimaksudkan sebagai suatu golongan dalam Islam yang beranggapan
bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. Adalah orang yang berhak sebagai
khalifah pengganti Nabi, berdasarkan wasiatnya. Sedangkan khalifah-khalifah Abu
bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan adalah penggasab
(perampas) kedudukan khalifah.
Dengan
pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu dan memahami seluk-beluk
pemikiran teologi syi`ah dan berbagai kaitan serta perkembaganya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah pengertian Syi’ah itu?
2.
Bagaimana sejarah kemunculan Syi’ah?
3.
Bagaimana perkembangan Aliran Syi’ah?
4.
Apa saja sekte-sekte dalam Syi’ah?
C.
Metode
Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui
study literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa
referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah
pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan
melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah,
penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai
sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
D.
Sistematika
Penulisan Makalah
Makalah ini
ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: latar
belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika
penulisan makalah; Bab II, adalah Pembahasan; Bab III, bagian penutup yang
terdiri dari Kesimpulan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN
ASAL-USUL KEMUNCULAN SYI’AH
1. Sejarah
Kemunculan Syi’ah
Syi’ah dilihat
dari bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok, sedangkan secara
terminologis sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya
selalu merujuk pada al-bait. Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah
pernyataan bahwa segala petunjuk agama itu bersumber dari ahl al-bait. Mereka
menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait
atau para pengikutnya.[1]
Syi’ah adalah
golongan dalam islam yang beranggapan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra.
Adalah orang yang berhak sebagai khalifah pengganti Nabi, berdasarkan
wasiatnya. Sedangkan khalifah-khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab
dan Utsman bin Affan adalah penggasab (perampas) kedudukan khalifah.[2]
Golongan ini
makin berkembang pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Usman, karena
ketidakmampuan khalifah ketiga ini dalam mengatur negara, dan golongan inipun
naik daun ketika Ali bin Abi Thalib menjabat sebagai khalifah ke empat.
Kefanatikan golongan ini terhadap Ali bin Abi Thalib semakin keras setelah ia
mati terbunuh. Bahkan Kufah mereka menuntun agar kekhalifahan dikembalikan
kepada keluarga Ali. Klaim atas nama keturunan-keturunan Ali inilah yang
menjadi awal mula doktrin politik Syi’ah.[3]
Menurut Abu Zahrah,
syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman Bin Affan kemudian
tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib. Adapaun
menurut watt, syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung peperangan
antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Siffin. Dalam peperangan
ini sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkam
Mu’awiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok
mendukung sikap Ali kelak disebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali,
kelak disebut Khawarij.
Dalam
perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl al-bait dihadapan
dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, Syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinya
sendiri. Berkaitan dengan teologi, mereka mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid
(kepercayaan kepada keesaan Allah), nubuwwah (kepercayaan kepada
kenabian), ma’ad (kepercayaan akan adanya hidup di akhirat), imamah
(kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan hak ahl al-bait), dan adl
(keadilan ilahi). Dalam perjalanan sejarah, kelompok ini akhirnya
terpecah menjadi beberapa sekte. Di antara sekte-sekte Syi’ah itu adalah Itsna
Asy’ariyah, Sab’iyah, Zaidiyah, dan Ghullat.[4]
2. Masalah
Khilafiyah
Nabi Muhammad
SAW. setelah selesai menunaikan tugas risalah Islam selama hampir 23 tahun,
bliau wafat pada hari Senin 12 Rabi’ul awal 11 Hijriyah, bertepatan dengan 8
Juni 632 M.
Beliau tidak
pernah berwasiat siapakah yang menjadi menjadi penggantinya (khalifah) sesudah
beliau wafat nanti dan demikian pula tidak memberikan petunjuk pedoman-pedoman
cara pemilihan khalifah. Hal ini tentunya diserahkan kepada kebijakan umat,
sesuai dengan keadaan dan tempat. Dan ternyata kalau diperhatikan cara
pemilihan dari keempat Khulafaur Rasyidin adalah berbeda-beda.
Memang nabi
Muhammad SAW. itu menyuruh sahabat Abu Bakar menjadi imam salat pada waktu
beliau sakit menjelang hari wafatnya. Demikian pula Nabi Muhammad SAW. pernah
menyuruh sahabat Ali bin Abi Thalib untuk menjaga rumahnya ketika beliau
berperang.[5]
B. SYI’AH ITSNA ASYARIYAH (SYI’AH DUA BELAS/SYI’AH
IMAMAH)
1. Asal usul Penyebutan Imamiyah dan Syi’ah Itsna
Asyariyah
Dinamakan Syi’ah
Imamiyah karena yang menjadi dasar akidahnya adalah persoalan iman dalam arti
pemimpin religio politik, yakni Ali berhak menjadi khalifah bukan hanya karena
kecakapanya atau kemuliaan akhlaknya, tetapi juga karena ia telah ditunjuk nas
dan pantas menjadi khalifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
Syiah
Itsna Asyariyah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad seperti
yang ditunjukkan nas. Adapun al-ausiya (penerima wasiat) setelah Ali bin Abi
Thalib adalah keturunan dari garis Fatimah.[6] Adapun
kedua belas imam tersebut adalah:
1. Ali
bin Abi Thalib
2. Hasan
bin Ali bin Abi Thalib
3. Husein
bin Ali bin Abi Thalib
4. Ali
bin Husein
5. Muhammad
bin Ali al-Baqir
6. Ja’far
bin Muhammad al-Shadiq
7. Musa
bin Ja’far al-Kazhim
8. Ali
bin Abi Thalib bin Musa al-Ridha
9. Muhammad
bin Ali bin Al-Jawad
10. Ali
bin Muhammad al-Naqi
11. Al-Hasan
bin Ali al-Askari
12. Muhammad
bin al-Hasan al-Mahdi[7]
Pengikut sekte
ini menganggap bahwa imam kedua belas, Muhammad Al-Mahdi, bersembunyi di ruang
bawah tanah rumah ayahnya di Samarra dan tidak kembali. Itulah sebabnya, Muhammad
Al- Mahdi dijuluki sebagai Imam Mahdi Al-Muntazhar (yang ditunggu).
C. SYI’AH SAB’IYAH (SYI’AH TUJUH)
1. Asal-usul Penyebutan Syi’ah Sab’iyah
Istilah Syi’ah Sab’iyah
(Syi’ah Tujuh) dianalogikan dengan Syi’ah Itsna Asyariyah. Istilah itu
memberikan pengertia bahwa sekte Syi’ah Sab’iyah hanya mengakui tujuh imam,
yaitu Ali, Hasan, Husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far
Ash-Shadiq, dan Ismail bin Ja’far. Karena dinisbatkan pada imam ketujuh, Ismail
bin Ja’far Ash-Shadiq, Syi’ah Sab’iyah disebut juga Syi’ah Ismailiyah.
Berbeda dengan
Syi’ah Sab’iyah, Syi’ah Itsna Asyariyah membatalkan Ismail bin Ja’far sebagai
imam ketujuh karena disamping memiliki kebiasaan tak terpuji juga karena dia
wafat (143 H/ 760 M) mendahului ayahnya,
Ja’far (w. 765). Sebagai penggantinya adalah Musa Al-Kadzim, adik Ismail.
Syi’ah Sab’iyah menolak pembatalan tersebut, berdasarkan sistem pengangkatan
imam dalam Syi’ah dan menganggap Ismail sebagai imam ketujuh dan
sepeninggalanya oleh putranya yang ertua, Muhammad bin Ismail.
Ajaran Sab’iyah
pada dasarnya sama dengan ajaran sekte Syi’ah lainnya. Perbedaannya terletak
pada konsep kemaksuman imam, adanya aspek batin pada setiap yang lahir, dan
penolakannya terhadap Al-Mahdi Al-Muntadzar. Bila dibandingkan dengan Syi’ah
lainnya, Sab’iyah sangat ekstrim dalam menjelaskan kemaksuman imam.
Dengan prinsip
ta’wil Sab’iyah menakwilkan, misalnya, ayat Al-Quran tentang puasa dengan
menahan diri dari menyiarkan rahasia-rahasia imam, dan ayat Al-Quran tentang
haji ditakwilkan dengan mengunjungi imam. Bahkan, diantara mereka ada yang
menggugurkan kewajiban ibadah. Mereka itu adalah orang-orang yang telah
mengenal imam dan telah mengetahui ta’wil (melalui imam).
Mengenai sifat
Allah, sebagaimana halnya Mu’tazillah, Sab’iyah meniadakan sifat datri dzat
Allah. Menurut mereka penetapan sifat merupakan penyerupaan dengan makhluk.
D. SYI’AH
ZAIDIYAH
1. Asal-usul Penamaan Zaidiyah
Disebut Zaidiyah
karena sekte ini mengakui Zaid bin Ali sebagai imam kelima, putra imam keempat,
Ali Zainal Abidin. Kelompok ini berbeda dengan sekta Syi’ah lain yang mengakui
Muhammad Al-Baqir, putra Zainal Abidin yang lain, sebagai imam kelima. Dari
nama Zaid bin Ali inilah, nama Zaidiyah diambil. Syi’ah Zaidiyah merupakan
sekte Syi’ah yang moderat. Abu Zahrah menyatakan bahwa kelompok ini merupakan
sekte yang paling dekat dengan sunni.
2. Doktrin Imamah menurut Syi’ah Zaidiyah
Berbeda dengan
doktrin imamah yang dikembagkan Syi’ah lain, Syi’ah Zaidiyah mengembangkan
doktrin imamah yang tipikal. Kaum Zaidiyah menolak pandanagan yang menyatakan
bahwa seorang imam yang mewarisi kepemimpinan Nabi SAW. telah ditentukan nama
dan orangnya oleh Nabi, tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja. Ini jelas
berbeda dengan sekte Syi’ah lain yang percaya bahwa Nabi SAW. telah menunjuk
Ali sebagai orang yang pantas sebagai imam setelah Nabi wafat karena Ali
memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Menurut Zaidiyah
imam tidak harus keturunan ahl al-bait. Mereka menolak kemaksuman imam, bahkan
mengembangkan doktrin imamat al-mafdul. Artinya, seseorang dapat dipilih
menjadi imam meskipun ia mafdul (bukan yang terbaik) dan pada saat yang sama
ada yang afdal.
3. Doktrin-doktrin Syi’ah Zaidiyah Lainnya
Bertolak dari
doktrin al-imamah al-mafdul, Syi’ah Zaidiyah berpendapat bahwa kekhalifahan Abu
Bakar dan Umar bin Khattab adalah sah dari sudut pandang Islam. Selain itu,
mereka juga tidak mengafirkan seorang pun sahabat.
Penganut Syi’ah Zaidiyah
percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal dalam neraka jika dia
belum bertobat dengan pertobatan yang sesungguhnya. Dalam hal ini, Syi’ah
Zaidiyah memang dekat dengan Mu’tazilah. Ini bukan sesuatu yang mengingat Wasil
bin Atho, salah satu pemimpin Mu’tazilah, mempunyai hubungan dengan Zaid.
Moojan Momen bahkan mengatakan bahwa Zaid pernah belajar kepada Wasil bin Atho.
Baik Abu Zahrah maupun Moojan Momenmengatakan bahwa dalam teologi Syi’ah
Zaidiyah hampir sepenuhnya mengikuti Mu’tazilah. Selain itu, secara etis mereka
boleh dikatakan anti-Murijah, dan berpendirian puritan dalam menyikapi tarekat.
Organisasi terkat memang dilarang dalam pemerintahan Zaidiyah.
Meskipun
demikian, dalam bidang ibadah, Zaidiyah tetap cenderung menunjukkan simbol dan
amalan Syi’ah pada umumnya. Dalam azan misalnya, mereka memberi selingan
ungkapan hayya ‘ala khair al-amal, takbir sebanyak lima kali dalam salat
jenazah, menolak sahnya mengusap kaus kaki, menolak imam salat yang tidak saleh
dan menolak binatang sembelihan bukan muslim.
E. SYI’AH GHULAT
1. Asal-usul Syi’ah Ghulat
Istilah ghulat berasal
dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah dan naik. Ghala bi ad-din
artinya memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga melampaui batas. Syi’ah Ghulat
adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-lebihhan atau
ekstrim. Lebih jauh, Abu Zahrah menjelaskan bahwa Syi’ah ekstrim (ghulat)
adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang
mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi daripada Muhammad.
Mengenai jumlah sekte
Syi’ah Ghulat, para mutkalimin berbeda pendapat. Syahrastani membagi sekte
Ghulat menjadi 11 sekte, Al-Ghurabi membaginya menjadi 15 sekte. Sekte-sekte
yanbg terkenal antara lain : Sabahiyah, Kamaliyah, Albaiyah, Mughriyah,
Mansuriyah, Khattabiyah, kayaliah, Hisamiyah, Nu’miyah, Yunusiyah, dan
Nasyisiyah wa ishaqiyah.
2. Doktrin-doktrin Syi’ah Ghulat
Menurut
Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat mereka ekstrim, yaitu tanasukh,
bada’, raj’ah, tasbih. Moojan Momen menambahkannya dengan hulul dan ghayba.
1. Tanasukh adalah keluarnya roh
dari satu jasad dan mengambil tempat pada jasad yang lain. Faham ini diambil
dari falsafah Hindu.
2. Bada’ adalah keyakina bahwa
Allah mengubah kehendak-Nya sejalan dengan perubahan ilmu-Nya, serta dapat
memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintahkan yang sebaliknya.
3. Raj’ah ada hubungannya dengan
Mahdiyah. Syi’ah Ghulat mempercayai bahwa imam mahdi Al-Muntazhar akan datang
ke bumi. Faham Raj’ah dan Mahdiyah ini merupakan ajaran seluruh Syi’ah. Namun,
mereka berbeda pendapat tentang siapa yang akan kembali. Sebagian menyatakan
bahwa yang kembali adalah Ali, sedangkan sebagian lainnya menyatakan Ja’far
Ash-Shadiq, Muhammad bin Al-Hanafiyah, bahkan ada yang mengatakan Mukhtar
Ats-Tsakafi.
4. Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah
Ghulat menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan.. Tasbih ini diambil
dari faham hululiyah dan tamasukh dengan khalik.
5. Hulul artinya Tuhan berada
pada setiap tempat, berbicara dengan semua bahasa, dan ada pada setiap individu
manusia. Hulul bagi Syiah Ghulat berarti Tuhan menjelma dalam diri imam
sehingga imam harus disembah.
6. Ghayba (occulation) artinya
menghilangnya Imam Mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan Syi’ah bahwa Imam Mahdi
itu ada di dalam negeri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Konsep
ghayba pertama kali diperkenalkan oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi tahun 66 H/686 M di
Kufa ketika mempropagandakan Muhammad bin Hanafiyah sebagai Imam Mahdi.[8]
F. SYI’AH
ISMAILIYAH
1.
Imamah
Golongan
Syi’ah Isma’iliyah muncul setelah Abu Ja’far Shadiq, Imam keenam wafat.
Kelompok ini berpendapat bahwa yang berhak menggantikan Abu Abdullah Ja’far
Shadiq adalah putranya yang bernama Isma’il. Hal itu didasarkan nash Ja’far
Shadiq yang menunjuk Ismail sebagai penggantinya. Tetapi Ismail mendahului
ayahnya. Walaupun Ismail telah wafat, mereka tetap menerapkan nash itu,
sehingga keimanan terus berlangsung setelah Ismail wafat.
2.
Nubuwat
Penganut Syi’ah Isma’iliyah percaya bahwa bumi ini
tidak akan terwujud tanpa Hujjatullah atau bukti dari Tuhan. Hujjatullah itu
ada dua macam, yaitu natiq atau yang berbicara dan shamit atau yang diam. Yang
berbicara adalah nabi yang diutus Tuhan mempunyai fungsi nubuwat atau kenabian
yakni membawa syariat Ilahi. Nabi adalah manifestasi yang sempurna dari Tuhan
yang mempunyai walayat, kemampuan, kemampuan esoteris untuk menuntun manusia ke
dalam rahasia-rahasia keutuhan.
3.
Sifat
Tuhan
Syi’ah
Isma’iliyah ini termasuk aliran yang menolak pendapat bahwa Tuhan memiliki
sifat. Menurut mereka bila Tuhan memiliki sifat maka Tuhan sama dengan
makhluk-Nya. Sikap seperti ini mereka ambil dalam rangka mensucikan Tuhan,
sampai pada hal yang berhubungan dengan wujud Tuhan mereka pun menolaknya.[9]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian
diatas dapat kita simpulkan bahwa Syi’ah adalah golongan dalam islam yang
beranggapan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. Adalah orang yang berhak
sebagai khalifah pengganti Nabi, berdasarkan wasiatnya. Sedangkan
khalifah-khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan
adalah penggasab (perampas) kedudukan khalifah.
Mengenai
kemunculan Syi’ah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Menurut
Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman bin Affan
kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Adapun menurut Watt, Syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung
peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan Perang Siffin.
Golongan ini
makin berkembang pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Usman, karena
ketidakmampuan khalifah ketiga ini dalam mengatur negara, dan golongan inipun
naik daun ketika Ali bin Abi Thalib menjabat sebagai khalifah ke empat.
Kefanatikan golongan ini terhadap Ali bin Abi Thalib semakin keras setelah ia
mati terbunuh. Bahkan Kufah mereka menuntun agar kekhalifahan dikembalikan
kepada keluarga Ali. Klaim atas nama keturunan-keturunan Ali inilah yang
menjadi awal mula doktrin politik Syi’ah.
Dalam
perkembangan selanjutnya, Syi’ah terpecah menjadi kelompok yang ekstrim
(al-Ghulat) dan moderat. Dari kelompok-kelompok tersebut paling terkenal adalah
Zaidiyah, Itsna Asyariyah, Sab’iyah dan Ghulat.
DAFTAR PUSTAKA
Nasir,
Salihun A. 2010. Pemikiran Kalam. Jakarta:
Rajawali Press.
Rozak,
Abdul. 2006. Ilmu Kalam. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Zuhri,
Amat.2008. Warna-Warni Teologi Islam. Yogyakarta: Gama Media.
[1] Abdul
Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2006), hlm. 89.
[2] Salihun A.
Nasir, Pemikiran Kalam, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 72.
[3] Amat Zuhri, Warna-Warni
Teologi Islam, (Yogyakarta : Gama Media, 2008) hlm. 38-39
[4] Abdul Rozak, op.
cit., hlm. 90-93
[5]
Salihun A.
Nasir, op. cit., hlm.74.
[6] Abdul Rozak, op.
cit., hlm. 93
[7] Amat Zuhri, op.
cit., hlm. 42
[8] Abdul Rozak, op.
cit., hlm 94-107
[9] Amat Zuhri, op. cit. hlm. 46-47
0 comments:
Post a Comment