MAKALAH
LATAR BELAKANG MASALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Program Studi Pendidikan Agama Islam
(PAI)
Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan
Dosen pengampu : Umum Budi
Karyanto, M. Hum
1. Fatchurahman Ali (2021114145)
Kelas
: PAI C
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang
telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah kami tentang “Latar Belakang Masalah” mata kuliah Bahasa
Indonesia. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw., beserta keluarga, shahabat dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.
Makalah ini menjelaskan tentang Apa
Pengertian Latar Belakang Masalah,
Alasan-Alasan Penulis Memilih Judul Atas
Sebuah Permasalahan, Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun
latar belakang masalah, Latar
belakang masalah dalam proposal. Dengan demikian
materi makalah ini diharapkan dapat membantu proses belajar mahasiswa.
Teriring ucapan terima kasih kepada
Bapak Umum Budi Karyanto
selaku pembimbing kami dalam pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia, juga kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dan peningkatan
kualitas makalah di masa yang akan datang dari pembaca adalah sangat berharga
bagi kami.
Demikian makalah ini kami susun, semoga
makalah ini bisa menambah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua serta menjadi
tambahan referensi bagi penyusunan makalah dengan tema yang senada diwaktu yang
akan datang. Aamiin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, 26 Pebruari
2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C.
Metode Pemecahan Masalah ............................................................... 2
D.
Sistematika Penulisan Masalah ............................................................ 2
Bab II Pembahasan .......................................................................................... 3
A.
Pengertian Latar Belakang Masalah.................................................... 3
B.
Alasan-Alasan Penulis Memilih Judul Atas
Sebuah Permasalahan.....
6
C.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun
latar belakang
masalah................................................................................................ 6
D.
Latar belakang masalah di dalam
proposal..........................................
8
E.
Contoh Latar Belakang Masalah ........................................................ 9
Bab III Penutup ............................................................................................... 13
A.
Kesimpulan .......................................................................................... 13
B.
Saran .................................................................................................... 13
Daftar Pustaka .................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak
ada seorangpun yang tak luput darih masalah baik masalah yang sifatnya ringan
ataupun masalah yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu kendala atau
persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan
antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik. Berikut merupakan pengertian masalah menurut beberapa ahli dan
kamus Bahasa Indonesia:
1.
Munurut kamus
BBI, Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
2.
Menurut
Sugiyono (2009:52) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara yang
seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek,
antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksana.
3.
Menurut James
Stoner, Masalah suatu situasi menghambat organisasi untuk mencapai satu atau
lebih tujuan.
4.
Menurut Prajudi
Atmosudirjo, Masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan,
direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju
tercapainya tujuan.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa masalah penelitian adalah sesuatu hal atau kejadian
yang dijadikan sebuah penelitian dengan mempertimbangkan beberapa hal dalam
menentukan suatu masalah dalam penelitian sehingga memperoleh jawaban yang
diinginkan. Banyaknya
masalah penelitian yang sering ditemukan, seringkali membuat seorang peneliti
harus memilih masalah penelitian yang paling layak diantara beberapa masalah
tersebut. Hal yang penting dijadikan pegangan dalam memilih masalah penelitian
ini adalah bahwa keputusan dan penentuan terakhir adalah terletak pada peneliti
itu sendiri. Sebelum memilih
masalah, terlebih dahulu peneliti harus menentukan topik penelitian.
Seorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan akan tendorong
untuk melakukan penelitian jika ia menemukan masalah. Bagaimana ia menemukan
dan merumuskan masalah. Pernyataan yang tampaknya sepele ini nyatanya tidak
selalu mudah dijawab dan tak heran kalau para peneliti menemukan bahwa perumusan
masalah merupakan jantung penelitian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian latar belakang masalah?
2. Apa alasan-alasan penulis memilih judul atas
sebuah permasalahan?
3. Apa Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun latar belakang masalah?
4. Bagaimana latar belakang masalah dalam proposal?
C.
Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan
melalui study literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan
beberapa referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah
pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan
melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah,
penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai
sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
D.
Sistematika Penulisan
Makalah
Makalah
ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari:
latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika
penulisan makalah; Bab II, adalah Pembahasan; Bab III, bagian penutup yang
terdiri dari Kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Latar Belakang Masalah
Latar belakang
masalah adalah paparan yang berfungsi untuk menarik perhatian pembaca dan memberi
arahan terhadap masalah-masalah yang akan diuraikan.[1] Latar
belakang masalah mencantumkan alasan penulisan mengenai judul dan media praktis
yang dapat diambil dari karangan ilmiah.[2]
Latar belakang masalah juga memuat kerangka berfikir tentang pentingnya
mengadakan kegiatan proyek penelitian, pembahasan topik atau tema tertentu atau
menempatkan masalah untuk dikaji agar ada jalan keluar/solusinya dan masalah
ini diatasi dengan penelitian.[3] Latar belakang masalah memuat fakta-fakta atau sebab yang relevan sebagai titik tolak dalam
merumuskan masalah penulisan dan mengemukakan alasan penentuan masalah. Penulis
dapat mengutip/mengemukakan pendapat para ahli, berita melalui media massa,
peraturan perundang-undangan yang mendukung terhadap fakta atau fenomena yang
akan ditulis. Setiap peraturan dan perundang-undangan yang dikutip tidak ada
catatan kaki, sedangkan pendapat para ahli, berita melalui media massa harus
disertai catatan kaki.
Suatu
penelitian dapat dilakukan pertama-tama tentu harus ada masalahnya. Maka
pertanyaan kita sekarang apakah sebenarnya masalah penelitian itu. Jawabannya
memang agak sukar. Namun, masalah itu lazim didefinisikan sebagai adanya
keadaan, kejadian, atau peristiwa yang memerlukan pemecahan. Acapkali peristiwa
atau kejadian yang sama bisa menimbulkan masalah yang besar, tetapi bisa juga
tidak menjadi masalah atau hanya merupakan masalah kecil. Umpamanya, kalau ban
mobil kita kempes di tengah keramaian lalu lintas yang padat dan kita seorang diri di dalamnya,
maka hal ini merupakan masalah besar, sebab mengganti ban di tengah keramaian
lalu lintas bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi kalau kita belum pernah
melakukannya. Berbeda halnya kalau ban mobil itu kempes ketika berada di garasi
di rumah sendiri. Ini pun masalah, tetapi bukan masalah besar sebab kempesnya
ban itu tidak mengganggu arus lalu lintas lain, dan kita pun bisa mengganti
bannya itu kapan saja.[4]
Latar belakang masalah merupakan uraian hal-hal
yang menyebabkan perlunya dilakukan penelitian terhadap sesuatu masalah atau problematika
yang ditulis dalam bentuk uraian paparan,
atau poin-poinnya saja.
Pada bagian ini dikemukakan
:
1.
Pentingnya masalah-masalah
yang akan dibahas.
2.
Telaah pustaka yang
telah ada tentang teknologi
yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas.
3.
Manfaat praktis hasil bahasan.
4.
Perumusan masalah pokok
yang dibahas secara eksplisit.
Biasakan perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan.
Latar belakang masalah menguraikan alasan-alasan mengapa masalah dan/ atau pertanyaan penelitian serta tujuan penelitian menjadi focus penelitian. Dalam latar belakang masalah secara tersurat
harus jelas subtansi permasalahan (akar permasalahan) yang dikaji dalam
penelitian atau hal yang menimbulkan pertanyaan penelitian, yang akan dilakukan
untuk menyiapkan skripsi. Secara operasional permasalahan penelitian
yang dimaksud harus gayut
(relevan) dengan rumusan masalah dan/ atau pertanyaan penelitian
yang diajukan. Pokok isi uraian latar belakang masalah hendaknya mampu meyakinkan pihak lain,
terutama pembimbing dan penguji.
Dengan kata lain, unsur yang perlu diketengahkan dalam latar belakang masalah penelitian sekurang-kurangnya memuat hal-hal berikut
:
1.
Penjelasan dan/atau alasan mengapa masalah dan/ atau pertanyaan penelitian
yang diteliti itu penting dan menarik untuk diteliti.
2.
Beberapa bukti bahwa masalah
yang diajukan belum ada jawaban atau pemecahan
yang memuaskan. Harus dijelaskan bahwa masalah
yang diajukan /diteliti belum pernah diteliti oleh siapa pun,
dan jika ini merupakan penelitian ulang
(replikasi) harus dijelaskan alasannya mengapa hal itu dilakukan.
3.
Kedudukan masalah
yang diteliti dalam konteks permasalahan
yang lebih luas dengan memperhatikan perkembangan bidang
yang dikaji.
Dalam hal ini
para penulis sebaiknya menyadari bahwa pemilihan masalah harus didasarkan atas minat dan penghayatan sendiri.
Alasan pemilihan masalah
yang paling tepat adalah adanya kesenjangan antara apa
yang diharapkan dengan apa
yang terjadi. Menurut Prof. Dr. Winarno memilih masalah adalah mendalami masalah itu,
sehingga harus dilakukan secara lebih sestematis dan intensif.
Selanjutnya oleh Dr.Winarno dikatakan bahwa setelah studi eksploratoris ini penulis menjadi jelas terhadap masalah
yang dihadapi, dari aspekhistoris,
hubungannya dengan ilmu
yang lebih luas, situasi dewasa ini dan kemungkinan-kemungkinan
yang akan dating dan
lain-lainnya.
a.
Mengetahui dengan pasti apa
yang akan diteliti.
b.
Tahu dimana/ kepada siapa informasi dapat diperoleh.
c.
Tahu bagaimana cara memperoleh
data atau informasi.
d.
Dapat menentukan cara
yang tepat untuk menganalisis
data.
Masalah atau
persoalan biasanya akan muncul kalau ada kesenjangan antara das sollen dan das
sein, ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam
kenyataan, antara apa yang diperlukan dengan apa yang ada atau tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan sebagainya.
Seringkali kesenjangan itu mengenai teknologi dan pengetahuan. Informasi yang
tersedia tidak cukup, dan teknologi yang ada tidak memenuhi kebutuhan. Maka,
penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu atau setidaknya-tidaknya
dapat memperkecil kesenjangan itu.
Masalah yang
harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian, termasuk juga dalam bidang
kebahasaan, cukup tersedia banyak, tinggallah si peneliti mengidentifikasikan,
memilih, dan merumuskan. Dalam
hal ini memang dituntut adanya kejelian dari si peneliti untuk menemukan
masalah tersebut. Mereka yang sudah terlatih dan terbiasa tetntu akan mudah
menemukan masalah itu. Biasanya masalah-masalah itu dapat kita temukan dari
berbaga sumber, seperti (a) bacaan, (b) pertemuan ilmiah, (c) pernyataan
pemegang otoritas, (d) pengamatan sepintas, dan sebagainya.
B.
Alasan-Alasan Penulis Memilih Judul Atas
Sebuah Permasalahan
Dalam bagian latar belakang ini diharapkan penulis menuliskan sebab-sebab ia memilih judul atas permasalahan tersebut.
Alasan-alasan yang dapat dikemukakan antara
lain:
1.
Pentingnya masalah tersebut diteliti karena akan membantu pelaksanaan kerja
yang lebih efektif misalnya, atau akan dicari pemecahannya karena berbahaya apabila tidak.
Jadi pentingnya diadakan penelitian.
2.
Menarik minat peneliti karena dari pengalamannya peneliti mendapatkan gambaran bahwa hal itu sangat menarik.
3.
Sepanjang sepengetahuan peneliti belum ada orang
yang meneliti masalah tersebut.
C. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun latar belakang
masalah
Setiap penelitian
yang diajukan harus menyampaikan latar belakang masalah yang nyata-nyata memerlukan pemecahan. Latar belakang masalah yang jelas
akan memudahkan perumusan masalah. Di sini, secara garis besar diuraikan massalah yang akan diteliti, bagaimana cara menelitinya dan untuk apa masalah itu diteliti. Dalam
uraian latar belakang masalah,
peneliti mengekspresikan secara sistematis
gejala
dan peristiwa yang tersinyalir menimbulkan permasalahan
untuk diteliti. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun latar belakang
masalah penelitian
adalah:
1.
Tidak terlalu muluk-muluk sehingga jauh dari konteks
permasalahannya.
2.
Berorientasi pada profesi, fungsi, bidang studi dan jurusan si
penyusun usulan penelitian.
3.
Berorientasi pada maksud dan
konteks penelitian yang
akan dilakukan.
4.
Disusun atau disajikan
secara sistematis, ringkas dan
terarah pada suatu
permasalahan yang akan diteliti.
Pembahasan dalam latar
belakang ini bermaksud membeberkan
tentang mengapa masalah
yang diteliti itu timbul
atau penting dilihat dari
segi profesi peneliti, pengembangan ilmu
pengetahuan dan kepentingan
kemasyarakatan. Di samping itu, perlu pula
diuraikan secara jelas tentang
kedudukan masalah yang
hendak diteliti itu dalam
wilayah bidang studi
yang ditekuni oleh
peneliti (mahasiswa). Untuk merumuskan
latar belakang masalah
secara runtut jelas
dan tajam, peneliti dituntut
mampu membaca dan
memaknai gejala-gejala yang
muncul dalam bidang
keilmuannya. Untuk itu,
pengetahuan peneliti yang luas
dan terpadu mengenai
teori-teori dan hasil-hasil penelitian
terdahulu yang terkait
merupakan syarat mutlak. Ini merupakan
alasan lain, mengapa penelaahan
terhadap jurnal-jurnal hasil-hasil
penelitian yang terkait
harus dilakukan sejak
awal.[6]
Dalam
suatu
peneletian ilmiah, proses lahirnya
suatu masalah tersaji
secara formal dalam
bentuk uraian latar
belakang masalah. Melalui latar
belakang masalah, pengalaman tentang
permasalahan penelitian yang
sedang dihadapi dapat menjadi lebih
utuh. Alasannya adalah
suatu latar belakang
masalah yang baik
umumnnya mengungkapkan paling
tidak empat hal, yaitu:
1.
Mengungkapkan isu-isu (issues)
Isu ada
dalam latar belakang
masalah mengingat isu merupakan hal yang mengganjal tentang sesuatu hingga memerlukan
penyelesaian. Isu bisa merupakan gejala, fenomena, atau komentar
yang sedang ramai saat ini. Isu
berperan sebagai masalah yang pokok dan segera memerlukan penyelesaian. Perlu
diingat bahwa isu berbeda dengan gossip.
Hal ini lain yang perlu diingat bahwa sepanjang pernyataan tentang masalah masih bisa dibantah, maka tidak bisa
dikatakan isu.
2.
Mengungkapkan
fakta-fakta (exiting information)
Selain
isu, dalam latar belakang masalah biasa diuraikan pula fakta-fakta yang memperkuat isu. Maksudnya, ada keyakinan
bahwa isu yang diangkat tidaklah
dibuat-buat, melainkan nyata adanya. Fakta-fakta
yang dimaksud umumnya tentang data berupa angka,data-data kuaalitatif, dan
laian-lain. Sumber faktaa pun terkadang disebutkan, misalnya darai suatu media
massa, jurnal, laporan sebuah instansi, atau hasil penelitian sebelumnya.
Peneliti hendaknya memperhatikan pula keaaktualan fakta-fakta yang dikemukakan.
3. Mengungkapkan nilai guna untuk apa
masalah dipecahkan (nedd)
Setelah
isu diungkapkan dan disertai oleh fakta yang menguatkan, ada baiknya peneliti
pun menguraikan kebutuhan peneliti, yaitu untuk apa masalah dipecahkan melalui
penelitiannya. Suatu penelitian memiliki arti lebih apabila hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Sebagai contoh, suatu penelitian yang
menyangkut isi tentang masalah kesuliat mengajarkan penyelesaian , soal-soal
tipe pemecahan masalah matematika, hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan bagi
guru mtematika dalam memberikan pembelajaran matematika, khususnya dalam
mengerjakan penyelesaian soal-soal tipe pemecahan masalah.
4. Memiliki tingkat kesukaran berkenaan
dengan pemecahan masalahnya atau masih langka/jarang orang meneliti masalah itu
(difficulty).
Hal
ini sering disertakan dalam latar belakang masalah adalah difficulty masalah
yang akan diteliti. Maksudnya, selain menarik, penelitian yang meneliti masalah
pun masih langka/jarang. Jadi, jika masalah diteliti maka menjadi masukan
berharga bagi siapa pun.[7]
D.
Latar belakang masalah dalam proposal
Penyusunan proposal diawali
dengan penulisan latar
belakang masalah. Dalam bagian
ini penyusun proposal
mengekspirasikan secara sistematis
gejala dan peristiwa
yang tersinyalir menimbulkan
permasalahan untuk diteliti. Penyusunan proposal
dapat menemukan gejala
dan peristiwa yang
melatar belakangi penelitannya
dari berbagai sumber
misalnya:
·
Siaran berita lewat
media masa.
·
Publikasi kebijakan pemerintah.
·
Gerakan-gerakan social.
·
Realisasi
rencana-rencana dan kebijakan
pembangunan.
·
Kasus-kasus pribadi.
·
Kasus-kasus kehidupan keluarga.
·
Kasus-kasus kehidupan bernegara.
·
Kasus-kasus pergerakan alam
semesta.
·
Kasus-kasus dalam lingkungan
pekerjaaan, profesi dan karier.
·
Kasus-kasus dalam lingkungan
studi.
·
Kasus-kasus dalam lingkungan
hobi dan reakreasi.[8]
E. Contoh Latar
Belakang Masalah
INTEGRATED
SYSTEM OF CULTURAL EDUCATION (ISCED) INDONESIA : MENGEMBANGKAN KREATIVITAS PELAJAR
BERBASIS LOCAL WISDOM
DI ERA GLOBAL
DI ERA GLOBAL
Naskah
Karya Tulis Ini Disusun
dalam Rrangka
Mengikuti Lomba Karya Tulis Nasional di
Universitas
Muhammadiyah Makasar
ADE
SUYITNO, MALIATUL & ERNA Y
Indonesia
merupakan negara majemuk yang memiliki suku bangsa, bahasa serta agama
yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang
terdiri dari beberapa pulau besar dan ribuan pulau kecil serta didukung oleh
faktor ragam suku, ras, agama dan budaya.Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat
beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan
serta mewariskan kepada generasi selanjutnya. Lebih dari 20 suku terdapat di
Indonesia dan lebih dari 100 kebudayaan ada di Indonesia.
Perubahan
kebudayaan yang mulai terjadi di Indonesia saat ini nampak jelas dengan adanya
pergeseran budaya dari kebudayaan lokal menjadi kebudayaan luar yang lebih
diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal
tersebut merupakan salah satu dampak adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan,
teknologi, komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya
budaya pop Korea (Hallyu) dan budaya barat
(westwernisasi) di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Semakin gencarnya ekspos dunia luar melalui media
elektronik seperti televisi maupun internet menjadikan masyarakat seakan tidak
peduli dengan budayanya sendiri. Pola pikir masyarakat khususnya generasi muda
dapat dengan mudah dirusak, masyarakat lebih cenderung melupakan kebudayaan
sendiri dan beralih ke budaya luar.
Bangsa
Indonesia dewasa ini di dalam memasuki era globalisasi menghadapi suatu masa
yang kritis karena masyarakat mengalami krisis kebudayaan. Krisis kebudayaan
bisa menyebabkan krisis sosial, krisis ekonomi, krisis psikologi dan berbagai
jenis krisis lainnya. Fenomena globalisasi mempengaruhi dinamika masyarakat,
dinamika tersebut mengubah tingkahlaku manusia dan juga berakibat pada kaburnya
nilai-nilai kemanusiaan, agama dan budaya. Globalisasi membawa 4 ciri utama,
yakni Dunia-Tanpa-Batas (Borderless World), Kemajuan Ilmu
dan Teknologi, Kesadaran terhadap HAM serta Kewajiban Asasi Manusia dan
Masyarakat Mega Kompetisi. Adanya kekhawatiran dari dampak globalisasi adalah
pada generasi muda Indonesia karena generasi muda yang mash mencari jati diri
dengan filter diri yang seadanya sangat rentan untuk terpengaruh dari budaya
luar.
Data Badan
Pusat Statistik (BPS), kependudukan hasil sesnsus 2010 menyatakan bahwa
penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa. Jumlah penduduk yang termasuk
kelompok generasi muda yaitu kelompok umur 14-20 tahun menempati jumlah yang
banyak yaitu 64 juta jiwa. Kelompok generasi muda tersebut dinyatakan memiliki
permasalahan. Berdasarkan outlook Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat tahun 2010 dalam Kebijakan Nasional Pengembangan Karakter Bangsa, bahwa
masalah bangsa ini adalah bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan
bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, melemahnya
kemandirian bangsa.
Degradasi pada
moral remaja diperlihatkan bukan hanya dalam cara berpakaian dan tawuran, namun
masih banyak lagi. Contohnya: dunia narkoba dan seks bebas akhir-akhir ini
memang sangat ngetren dikalangan remaja. Ini tandanya ada bukti lagi bahwa
moral remaja masa kini memang sudah menurun. Akhir bulan september 2012 dunia
pendidikan kita menoreh tinta hitam karena terjadi tawuran antar pelajar di
berbagai daerah di Indonesia yang menjadi pusat perhatian adalah tawuran antara
SMA 6 dan SMA 70 Jakarta yang berakhir meninggalnya satu orang siswa dan
pencabulan siswa di gorontalo di awal tahun 2013. Degradasi moral ini akan
membuat generasi muda tidak produktif dalam karya dan akan menurunkan tingkat
kemandirian pelajar di masa depan, padahal ditangan pelajar bangsa ini kedepan
akan dipimpin.
Kemudian
berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2012) memperlihatkan bahwa
tingkat pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan di
Indonesia mencapai 7,244,956 orang. Dengan didominasi jumlah dari lulusan
universitas 438,210 orang, Diploma 196,780 orang, SMTA (Umum dan Kejuruan)
2.873.374 orang. Hal ini sangat ironi sekali mengingat generasi muda yang
terdidik dan terpelajar malah menjadi beban dan berkontribusi tinggi terhadap
angka pengangguran di Indonesia. Kurangnya softskill
jadi salah satu penyebab utama.
Permasalahan
yang terjadi pada generasi muda dan ditambah dampak negatif dari globalisasi
ini menyebabkan persoalan budaya dan karakter bangsa. Krisis multidimensional,
yang bermuara pada krisis moral, dan krisis kepercayaan diri telah membuat
generasi bangsa enggan dan malu menunjukkan jatidiri sebagai bangsa Indonesia.
Akibat krisis ini persoalan pun muncul di masyarakat seperti korupsi, gaya
hidup instan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan
politik yang tidak produktif dan lainnya dimana menjadi pembahasan hangat di
media massa, seminar, serta ruang publik lainnya (Kementerian Pendidikan
Nasional, 2010:1).
Jika
masalah-masalah diatas terus dibiarkan maka lambat laun Indonesia akan
mengalamimiss
cultural atau kepunahan budaya. Masyarakat Indonesia akan
kehilangan aset terbesar warisan alam dan nenek moyang yang dimilikinya.
Indonesia juga akan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa multikultural. Hal
ini akan berimbas kepada generasi muda yang di mana sekarang mulai menyukali
budaya yang sedang tren di dunia dan mulai melupakan kebudayaan serta
nilai-nilai luhur kearifan budaya lokal.
Kehandalan
potensi pendidikan sebagai agen konstruktif perbaikan masyarakat ini menjadi
suatu kenyataan, suatu realita yang tidak hanya sekedar mengembangkan
intelektualitas anak-siswa dan pemuda, namun juga masyarakat masa depan di mana
mereka akan menjadi unsur utama dan bagian dari budaya. Pendidikan berperan menanamkan nilai-nilai budaya, kebijakan lokal,
nilai-nilai kebangsaan dan mengembangkan potensi.
Pendidikan dan
kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan
dengan suatu hal yang sama yaitu pengembangan nilai. Dalam konteks kebudayaan
pendidikan memainkan peranan dalam agen pengajaran nilai-nilai budaya.
Pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan kualitas manusia
sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki. Nilai-nilai kebudayaan bukanlah
hanya sekedar dipindahkan dari satu bejana ke bejana yang lain yaitu kegenerasi
mudanya,tetapi dalam proses interaksi antara pribadi dengan kebudayaan betapa
pribadi merupakan individu yang kreatif bukan pasif. Globalisasi merupakan
entitas, jika entitas tersebut dapat menjadi lifestyle dan symbol kemodernenan.
Ia dapat mengubah kebiasaan hidup seseorang bahkan tak jarang menilai agama dan
pendidikan sebagai suatu yang ketinggalan zaman.
Globalisasi
seharusnya direspons dengan mengkaji ulang format pendidikan yang sesuai dengan
konteks globalisasi itu sendiri. Salah satunya lewat pendidikan kewirausahaan
dan kreativitas berbasis budaya yang di sekolah di Indonesia baik di kelas dan
diekstrakulikuler. Kontinuitas budaya akan memungkinkan hanya jika pendidikan
memelihara warisan akar-akar pembentukannya dengan meneruskan
kebenaran-kebenaran yang telah dihasilkan pada masa lampau kepada generasi
baru, mengembangkan suatu background dan loyatitas-loyalitas
cultural.
Generasi muda
memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pelestarian seni dan budaya
daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa generasi muda merupakan anak bangsa
yang akan menjadi penerus kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara Indonesia. Sebagai generasi yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin
bangsa, pada diri generasi muda harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga
keberlanjutan bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan kesadaran
kultural generasi muda antara lain dapat dilakukan dengan pengoptimalan
peran dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Oleh karena
itu, dari pemaparan diatas penulis akan mengangkat penelitian yang berkenaan
dengan program pengembangan karakter pelajar melalui pendidikan
kewirausahaan dan kreativitas berbasis Local Wisdom untuk memplajari, mengembangkan
dan mempublikasikan produk kreatif pada pasar global.
Dalam penelitian ini penulis mengangkat judul “Integrated
System of Cultural Education (ISCED) Indonesia : “Mengembangkan Kreativitas Pelajar
Berbasis Local
Wisdom di Era
Global” [9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latar belakang masalah adalah paparan yang berfungsi untuk menarik
perhatian pembaca dan memberi arahan terhadap masalah-masalah yang akan
diuraikan. Masalah atau persoalan biasanya akan muncul kalau ada kesenjangan
antara das sollen dan das sein, ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan
apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dengan apa yang ada
atau tersedia, antara harapan dan
kenyataan, dan sebagainya. Seringkali kesenjangan itu mengenai teknologi dan
pengetahuan.
Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab
melalui penelitian, termasuk juga dalam bidang kebahasaan, cukup tersedia
banyak, tinggallah si peneliti mengidentifikasikan, memilih, dan merumuskan. Dalam hal ini memang dituntut adanya kejelian dari si peneliti
untuk menemukan masalah tersebut.
Dalam suatu
peneletian ilmiah, proses lahirnya
suatu masalah tersaji
secara formal dalam
bentuk uraian latar
belakang masalah. Melalui latar
belakang masalah, pengalaman tentang
permasalahan penelitian yang
sedang dihadapi dapat menjadi
lebih utuh. Alasannya
adalah suatu latar
belakang masalah yang
baik umumnnya mengungkapkan
paling tidak empat
hal, yaitu: Mengungkapkan isu-isu (issues), Mengungkapkan
fakta-fakta (exiting information), Mengungkapkan
nilai guna untuk apa masalah dipecahkan (nedd), Memiliki tingkat
kesukaran berkenaan dengan pemecahan masalahnya atau masih langka/jarang orang
meneliti masalah itu (difficulty).
B. Saran-saran
Kami
menyadari didalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan, Hal ini
karena kurangnya sumber bacaan dan keterbatasan pemakalah. Oleh karena itu kami
sebagai pemakalah berharap akan kritik dan saran yang berguna bisa menjadikan
perbaikan makalah mendatang.
[1] Irsyati Shalima, dkk, Detik-detik Ujian
Nasional Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: PT Intan Pariwara, 2013), hlm. 46
[4] Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur
Internal, Pemakaian dan Pemelajaran, (Jakarta : PT renika Cipta, 2007), hlm. 21-22.
[5] Winarno
Surakhmad, Pengantar penelitian ilmiah, dasar metode dan teknik, (Bandung:
Tarsito, 1990)
[6] Made
Wirartha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis,
(Yogyakarta: Andi Offset, 2005), hlm.16-17.
[8] Wasty
Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah), (Jakarta :
Bumi Aksara, 1998), hlm. 9
[9] Ade Suyitno Adeino, http://indonesiamudamenulis.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-latar-belakang-masalah.html, diakses 26 Pebruari 2011, jam 11.11 WIB
0 comments:
Post a Comment