Almarhum KH Sahal Mahfudz Ulama yang Langka
Jumat, 24 Januari 2014, 11:23 WIB
Komentar : 0
edi yusuf/republika
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta,
Prof Dr KH Ali Mustafa Yakub MA menilai ketua umum Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Pusat, almarhum KH Sahal Mahfudz merupakan ulama yang
langka.
Menurut pakar hadis dan pengasuh Pesantren Darussunnah Ciputat ini, ulama terbagi ke dalam tiga type. Pertama, ulama yang bisa membaca dan memahami kitab kuning serta bisa menulis kitab kuning. Ulama jenis ini jumlahnya sangat sedikit, seperti pyramid terbalik.
''Almarhum KH Sahal Mahfduz, merupakan ulama jenis ini yang jumlahnya memang sangat langka,'' ungkap Prof Ali Mustafa Yakub kepada Republika, Jumat (24/1).
Ulama jenis Kedua, kata Ali, ialah ulama yang bisa membaca dan memahami kitab kuning, tapi tidak bisa menulis kitab kuning. Jumlah ulama jenis ini lebih banyak dari jenis ulama pertama.
Ketiga adalah ulama yang tidak bisa membaca dan memahami kitab kuning serta tidak bisa menulis kitab kuning. Ulama jenis ini bisa memahami hanya dari kitab-kitab terjemahan. Jenis ulama seperti ini lebih banyak lagi.
Prof Ali Mustafa mengaku memantau kondisi almarhum KH Sahal Mahfudz sejak dirawat di Rumah Sakit Karyadi Semarang. Kemudian dibawa pulang ke rumahnya.
''Seorang ponakan almarhum Senin lalu, memberitahu kalau KH Sahal Mahfudz sudah koma. Lalu, Selasa dan Rabu kondisinya membaik. Kemudian saya dapat kabar dari keluarganya, kalau almarhum sangat tergantung alat-alat medis,'' paparnya.
Dalam pandangan pakar hadis ini, dalam bidang politik almarhum terlihat sangat netral. Almarhum dalam bidang politik tidak memihak ke mana-mana. Almarhum mendudukkan dirinya sebagai ulama yang mengayomi umat.
Maklum, kata Prof Ali, di Indonesia terlalu banyak partai. ''Penafsiran saya, kalau almarhum masuk ke sebuah partai, maka akan mengotakkan diri. Karena itu, almarhum tidak mengkotakkan diri dalam sebuah partai,'' ujarnya.
Ulama untuk konteks indonesia, kata dia, ketika masuk menjadi caleg, maka selalu langkahnya politis. ini salah satu kerugian seorang ulama mengkotakkan diri dalam satu partai, sehingga terkesan selalu pencitraan tersys. ''Karena itu, almarhum tidak mengkotakkan diri. Ini pensiran saya,'' ujarnya.
Sementara itu, pimpinan AFKN Al Faatih Kaafah Nusantara Ustaz Fadhlan Gharamatan menilai almarhum KH Sahal Mahfudz Dicintai Umat. ''Almarhum adalah ulama kharismatik yang mencintai umat dan agama Islam,'' jelasnya kepada Republika, Jumat (24/1).
Almarhum, kata dia, ulama yang mengayomi dan menjaga umat agar tidak menjadi korban fitnah dunia. ''Almarhum sangat dicintai umat Islam, karena itu seharusnya pemerintah menjadikan almarhum sebagai contoh.''
Ustaz Fadlan menambahkan, ''Allah SWT kembali memanggil pewaris Nabi Muhammad SAW, dan kita umat Islam Indonesia, sangat kehilangan atas wafatnya ulama seperti almarhum.''
Menurut pakar hadis dan pengasuh Pesantren Darussunnah Ciputat ini, ulama terbagi ke dalam tiga type. Pertama, ulama yang bisa membaca dan memahami kitab kuning serta bisa menulis kitab kuning. Ulama jenis ini jumlahnya sangat sedikit, seperti pyramid terbalik.
''Almarhum KH Sahal Mahfduz, merupakan ulama jenis ini yang jumlahnya memang sangat langka,'' ungkap Prof Ali Mustafa Yakub kepada Republika, Jumat (24/1).
Ulama jenis Kedua, kata Ali, ialah ulama yang bisa membaca dan memahami kitab kuning, tapi tidak bisa menulis kitab kuning. Jumlah ulama jenis ini lebih banyak dari jenis ulama pertama.
Ketiga adalah ulama yang tidak bisa membaca dan memahami kitab kuning serta tidak bisa menulis kitab kuning. Ulama jenis ini bisa memahami hanya dari kitab-kitab terjemahan. Jenis ulama seperti ini lebih banyak lagi.
Prof Ali Mustafa mengaku memantau kondisi almarhum KH Sahal Mahfudz sejak dirawat di Rumah Sakit Karyadi Semarang. Kemudian dibawa pulang ke rumahnya.
''Seorang ponakan almarhum Senin lalu, memberitahu kalau KH Sahal Mahfudz sudah koma. Lalu, Selasa dan Rabu kondisinya membaik. Kemudian saya dapat kabar dari keluarganya, kalau almarhum sangat tergantung alat-alat medis,'' paparnya.
Dalam pandangan pakar hadis ini, dalam bidang politik almarhum terlihat sangat netral. Almarhum dalam bidang politik tidak memihak ke mana-mana. Almarhum mendudukkan dirinya sebagai ulama yang mengayomi umat.
Maklum, kata Prof Ali, di Indonesia terlalu banyak partai. ''Penafsiran saya, kalau almarhum masuk ke sebuah partai, maka akan mengotakkan diri. Karena itu, almarhum tidak mengkotakkan diri dalam sebuah partai,'' ujarnya.
Ulama untuk konteks indonesia, kata dia, ketika masuk menjadi caleg, maka selalu langkahnya politis. ini salah satu kerugian seorang ulama mengkotakkan diri dalam satu partai, sehingga terkesan selalu pencitraan tersys. ''Karena itu, almarhum tidak mengkotakkan diri. Ini pensiran saya,'' ujarnya.
Sementara itu, pimpinan AFKN Al Faatih Kaafah Nusantara Ustaz Fadhlan Gharamatan menilai almarhum KH Sahal Mahfudz Dicintai Umat. ''Almarhum adalah ulama kharismatik yang mencintai umat dan agama Islam,'' jelasnya kepada Republika, Jumat (24/1).
Almarhum, kata dia, ulama yang mengayomi dan menjaga umat agar tidak menjadi korban fitnah dunia. ''Almarhum sangat dicintai umat Islam, karena itu seharusnya pemerintah menjadikan almarhum sebagai contoh.''
Ustaz Fadlan menambahkan, ''Allah SWT kembali memanggil pewaris Nabi Muhammad SAW, dan kita umat Islam Indonesia, sangat kehilangan atas wafatnya ulama seperti almarhum.''
0 comments:
Post a Comment